Brand New Brand!

Sudah lama banget blog ini gak diurus, bahkan kadang telat bayar hosting bulanannya yang bikin status blognya di suspend sementara oleh provider webnya. Padahal awal ngebangun blog ini niat banget bahkan hampir setiap hari posting juga blogwalking buat meningkatkan traffic, DA/PA, dan semacamnya demi bisa mengkomersilkan blognya. Memang akhir-akhir ini fokus menulis teralihkan oleh pembuatan vlog atau podcast, karena lebih cepat engagement dengan penikmat karya nya dibandingkan dengan konten tulisan yang membuat saya meninggalkan menulis sementara waktu. Tapi bukan berarti saya sudah tidak lagi tertarik dengan menulis, menulis tetap salah satu media saya untuk mendongeng dan saya pun suka proses kreatif ketika membuat sebuah tulisan.

Mendongeng? Oiya, sekarang saya mau melabeli diri saya seorang “creative storyteller” Emang harus banget ya melabeli diri? yap.. Bukan tanpa tujuan kok, tujuannya sih untuk personal branding. Emang apa itu creative storyteller? Saya gk tau apa itu sebuah role profesi yang benar ada atau tidak, ya kalau di google ada sih muncul-munculnya kurang lebih sama seperti content creator, cuman saya gk suka aja titel content creator yang sangat mainstream akhir-akhir ini kan. Sebelumnya saya pakai label Digital Storyteller, karena mostly semua dongeng saya adanya di platform digital. Tapi kayaknya nanti kalau digitalnya berakhir (ya gak tau kapan juga sih, makin canggih yang ada), saya mau berkarya dimana? Maka dari itu label ‘digital’ nya saya ganti saja dengan kata ‘creative’ biar nantinya bisa pivot platform nge dongengnya kemana pun.

Kenapa pengen banget melabeli diri atau mendapat personal branding? Ada dua alasan-nya, yang pertama; kebutuhan ego. Kenapa? Cukup lama saya merasakan krisis identitas perihal profesi. Apa skill saya, apa yang mau saya lakukan untuk menafkahi diri dan keluarga saya kelak. Akhirnya setelah lama mengkaji diri saya tahu saya tidak cocok menjadi budak korporat, sungguh tidak punya mentalitas jongos yang baik yang tunduk dan bisa mengabdi kepada korporat dengan sepenuh hati. Sedangkan untuk menjadi pebisnis / entrepreneur memang cukup interesting tetapi mungkin kebetulan belum punya kesempatan dan hal yang paling klise yakni; modal. Jadi dengan melabelkan diri sebagai seorang creative storyteller saya seolah punya jawaban atas keresahan saya atas krisis identitas perihal pencarian profesi tersebut.

Alasan kedua; kebutuhan profesional. Saya mulai membubuhkan label tersebut di signature email dan kartu nama, at least jika nanti kedepannya ada orang atau brand yg tertarik ingin bekerja sama dengan saya baik itu perihal iklan atau pembuatan konten mereka langsung ingat kepada saya Aldiator si pendongeng kreatif yang siap mendongeng di berbagai platform.

Kesimpulannya saya sekarang sudah makin mantap dan makin tahu apa yang mau saya lakukan! Keingetan omongan saya sendiri di podcast Jurnal Ayah Bunda, “buat nge-gapai mimpi ya harus punya mimpi-nya!” Saya sudah punya mimpi itu sekarang dan Saya akan berjuang semaksimalnya! Banzai!!