Dijual Rumah

home is wherever i’m with you~

Tak peduli dimanapun, asalkan saya bersama keluarga saya itulah rumah. Rumah yang saya huni sekarang adalah rumah yang dibangun oleh Ibu dan Ayah Saya di sekitar tahun 1992an. Saya tinggal dirumah ini semenjak saya berusia 4 tahun sampai sekarang 30 tahun kemudian dan sudah menjadi seorang ayah. Dirumah ini sekarang saya tinggal bersama Ibu, Istri dan anak saya.  

Banyak yang saya syukuri tinggal dirumah ini yang mungkin dulu tidak pernah saya sadari sebelumnya. Diantaranya lingkungannya, masyarakatnya, kebersihan, keamanan, dan aksesibilitas nya. Saya bukan anak yang bersosialisasi dengan baik di lingkungan saya. Bahkan kayaknya saya gk kenal tetangga satu RT yang bahkan hanya bersebelahan beberapa rumah dari rumah saya.

Setelah saya berumah tangga, Istri saya bersosialisasi lebih baik, karena mungkin sudah ada anak, mengharuskan kami rutin ke posyandu, jalan jalan keliling komplek bersama anak hingga urusan administrasi yang mau tidak mau harus saya yang urus sekarang sebagai kepala keluarga. Oiya, setelah ibu saya pensiun dari pekerjaannya pun membuat dia lebih bergaul dengan tetangga sekitar rumah, sering hangout untuk botram, ngaji, senam dan jalan pagi bersama. Alhamdulillah tidak ada kata terlambat untuk bersosial. Bahkan 17 agustus tahun ini adalah momen pertama saya ikut meramaikan karnaval dan lomba di daerah rumah saya tinggal. Yang tentunya karena anak saya yang ikutan lomba.  

Warga di daerah rumah saya tinggal cukup beragam dilihat dari tingkat ekonomi. Memang agak timpang, dari yang rumahnya Grande hingga yang sangat sederhana. Dari kos-kosan sampai penghuni rantauan rumah kontrakan ada disini. Alhamdulillah sejauh ini yang saya rasa hubungan antar warga cukup harmonis dan kompak saja, tidak ada masalah horizontal yang melanda. Lingkungannya aman dan nyaman, dengan berbagai latar belakang pendidikan dan profesi yang ada. 

Salah satu hal favorit dari lokasi rumah saya adalah aksesibilitasnya, menurut pandangan subjective saya lokasi ini sangat strategis, Sangat berada ditengah,  walaupun sedikit lebih ke bandung timur. Saya bisa bilang brani adu akses sih. 7km ke pusat kota kalau alun alun kota bandung lah yang menjadi patokannya. Memang lebih mudah bila ditempuh dengan kendaraan pribadi sedangkan untuk menggunakan public transport akan susah dan mahal?  Tentunya ini adalah masalah semua warga bandung dan indonesia pada umumnya bukan? Tapi walaupun harus menggunakan angkot, aksesnya masih cukup ideal kok, cukup berjalan kaki 750m untuk menemukan jalan yang dilalui jalur angkot. Itupun kalau angkot masih dianggap relevan untuk dijadikan alat transportasi :p  Semua hampir serba ada dan terjangkau secara jarak baik itu mall, swalayan, toko buku, sarana olahraga, terutama kuliner. Kuliner di daerah antapani cukup terkenal enak enak dan murah. Apalagi sekarang brand2 franchise makin banyak yang buka di daerah antapani.

Adapun hal yang kurang dari rumahku ini mungkin kurangnya fasum ruang bermain anak, taman atau sekedar tanah kavling kosong untuk kegiatan outdoor anak anak sekitar rumah. Ketika saya kecil, masih banyak tanah kosong yang bisa digunakan untuk main layangan, boy-boyan, gundu dan permainan atau aktivitas luar ruang lainnya yang biasa anak anak mainkan. Bahkan dulu sempat ada lapangan basket yang akhirnya sekitar 3 tahun lalu tanahnya dijual dan dibangunkan rumah. Sebenarnya banyak taman main yang sering saya datangi bersama anak dan istri saya di daerah dekat rumah saya, tapi memang beda RW, cukup jauh dengan berjalan kaki, tapi kalau pakai sepeda jaraknya cukup mudah dijangkau kok, jadi tidak begitu masalah juga sebenarnya.

Rumah ini berusia 30 tahun-an dan belum pernah direnovasi atau maintenance properly selama kurang lebih 10 tahun terakhir yang menjadikan kondisinya cukup mengkhawatirkan sekarang. Beberapa dinding dan lantai yang retak, fondasi yang sudah mulai amblas, beberapa kebocoran, kondisi kusen dan pintu yang sudah digerogoti rayap dan rusak secara umur, dan yang paling krusial sumur bor yang sudah mulai surut apalagi ketika kemarau.  Kenapa tidak di renovasi? Kebetulan dengan kemampuan finansial saya sekarang, ini sulit. Pinjam ke bank? Kebetulan saya sudah memutuskan untuk tidak lagi menggunakan riba untuk meminjam uang. Lantas bagaimana nasib rumahnya?

Alhamdulillah rumahku istanaku ini masih layak huni dengan semua kekurangannya. Kami semua bersyukur dan merasa sangat nyaman tinggal dirumah ini. Ada beberapa urgency yang harus memaksa saya move on dari rumah ini selain kondisi nya yang sudah cukup mengkhawatirkan tadi. Rumah ini bukanlah rumah milik saya dan keluarga kecil saya, melainkan ini rumah milik ibu, kaka dan saya. Kini Adam sudah beranjak besar, sudah mulai membutuhkan kamarnya pribadi. Pun ada satu kamar bekas kamar kakak saya yang bisa Adam pergunakan tapi kondisinya tetap ini bukanlah rumah saya. Dan ini bukan kondisi yang ideal. So, we have to move on..

Move on kemana? Pindah? Tidak. Saya sudah punya rencana lain untuk rumah ini. Saya akan merenovasi nya, membuat 2 rumah di tanah yang ada. Satu Rumah untuk Ibu yang nanti nya akan dimiliki oleh kakak saya. Dan satu rumah untuk saya. Luasan tanah rumah saya ini cukup besar, bahkan relatif besar untuk di daerah yang menurut saya strategis ini. Saya berencana menjual ⅔ luasaan tanahnya untuk mendanai pembangunan rumah saya dan ibu saya di ⅓ luasan tanah yang tersisa. 

Jadi intinya kami sekeluarga belum bisa move on dari rumah ini. Selain alasan sentimental value, tentunya karena memang kami nyaman tinggal disini. Rumah peninggalan Bapa. Dengan semua kerja kerasnya Dia bangun. At least kita ingin pertahankan dengan semampunya walau harus menjual sebagian.

Bismillah Beh, kita ikhtiarkan yang terbaik untuk rumah ini. Selalu.

 *yg kebetulan baca, boleh loh nego2 tanya harga dan detail, siapa tau jodoh 😉