Cerita Adam Awal Lahir..

Saya bukan tipe orang yang suka anak kecil.
Tapi ketika keponakan saya lahir, Matahari biasa dipanggil Riri. saya antusias dan ikut merasakan kebahagian yang Teteh rasakan.
Ketika ada Riri dirumah saya kadang ikut membantu Teteh merawat  dan mengasuh Riri, yah walaupun hanya kebagian dititipkan Riri ketika teteh sedang harus meninggalkan Riri sejenak.

Saya tidak pernah suka anak kecil, tapi kelahiran Adam membuat segalanya berubah.
Singkat cerita di hari Lahirnya Adam. Andes istri saya memiliki kebocoran jantung bawaan sejak lahir, yang mengharuskan ia melahirkan secara operasi caesar. Tidak banyak yang kami persiapkan untuk kelahiran Adam. Bahkan ilmu parenting dan finansial untuk kelahiran Adam pun, tidak saya persiapkan.
Tanggal 11 April dokter obgyn sudah menyarankan untuk Andes masuk ruangan. Untuk mempersiapkan lahiran, karena harus berkordinasi dengan dokter jantung juga. Tim dokter bersiap untuk operasi di tanggal 13, tapi ternyata berubah dan Andes harus di operasi di tanggal 12 jam 8 pagi.

Saya mengalami sakit kepala selama 2 minggu sebelum tanggal tersebut. Ketika Andes masuk ruangan jam 8 pagi itu saya sedang merasakan sakit di kepala  yang membuat saya ketiduran. ternyata 17 menit selanjutnya Adam lahir.
Bapak mertua saya membangunkan, dan bilang “Dy alhamdulillah dah lahir, tapi andes mah masih di ruang operasi”
“Sehat, Pah? Gimana Andesnya?” tanya saya
. “Semua baik-baik Insha Allah” balas bapak mertua saya.
Alhamdulillah, saya langsung ke ruang tempat bayi, meng adzankannya. Memegang tangan kecilnya. Adam tertidur pulas.
Rasa bahagia dan haru campur aduk. Rasa kehilangan karena meninggal pernah saya rasakan ketika Bapak meninggal, rasa kebahagiaan karena kelahiran ketika Riri lahir pernah juga saya rasakan. Tapi Kelahiran Adam rasanya berbeda. Saya tidak bisa mendeskripsikannya.

Adam Adyatama Asshiddiq, saya dan istri menamakannya. Nama ini sudah lama dibuat, saya ingin nama depan yang universal, yang di belahan dunia manapun pasti pernah mendengar nama tersebut. Dan saya juga ingin menambahkan shidiq karena terinspirasi kata-kata terakhir Bapak yang diamanatkan kepada saya. Lalu Andes menambahkan adyatama untuk melengkapi namanya.
Dua hari dirumah sakit, Andes sudah boleh pulang kerumah. Tapi Adam belum. Karena Adam sudah 2×24 jam bahkan lebih belum buang air besar. Dikhawatirkan ada masalah di pencernaan.
Sudah sempat di cek lubang anusnya dimasukan benda sepanjang 1cm, tidak bermasalah. Menurut tim dokter harus ada obeservasi lanjut mengenai hal ini. Takut nya ada selaput atau apa yg menutup dari proses mulut hingga anus.
Saya tidak tahu harus bilang apa ke istri, ketika istri harus pulang duluan sedangkan Adam ditinggal di RS. Padahal Adamlah yang jadi obat untuk pengalihan rasa sakitnya pasca operasi. Tapi ternyata Andes lebih tegar dari yang saya kira.

Ibu dan Andes yang mendengar kabar itu terpukul juga. Saya bisa lihat ada kecemasan besar yang mereka rasakan. Tapi memang ini jalannya. kami coba pasrah dan berserah sambil  berdoa dan ihtiar semoga adam baik baik saja.
Setelah Andes berkomunikasi dengan suster untuk teknis pemberian asi ketika adam di observasi, Andes diberi kesempatan untuk menyusuinya dulu sebelum kami tinggal pulang.
Saya dan ibu beres-beres pakaian selama di rumah sakit sambil merasakan kekhawatiran dan kecemasan. Lalu tidak lama Adam setelah adam menyusu, Adam mengompol dan Andes memberikan adam kepada suster untuk diceboki dan diganti popoknya sekalian kami pamit meninggalkan Adam di rumah sakit.
Pakaian sudah rapi, kami siap untuk pulang lalu suster datang memberikan berita baik. “Pak Alhamdulillah anaknya sudah buang air besar!.


Alhamdulillah teriak saya istri dan ibu sambil menangis dan lalu sujud syukur. Duh moment itu tidak akan bisa dilupain sih.
Adam sampai rumah. Andes sangat semangat merawat adam. Tapi karena Adam termasuk bayi prematur, jadi harus extra diberi sinar matahari kata dokter, takutnya kuning. Setelah tiga hari di rumah, adam kembali ke RS untuk check-up. ternyata bilirubin adam cukup tinggi, Adam harus di fototheraphy.
Saya memutuskan untuk mencari alternatif lain untuk fototheraphy adam. Tidak usah di rumah sakit karena kami tak mau terpisah dengan Adam. akhirnya saya menemukan http://www.inkubator-gratis.org/ dan setelah berkomunikasi dengan pihak yayasan tersebut Saya akhirnya bisa membawa incubator untuk fototherapy Adam ke rumah.

Ketika itu di Rumah Sakit Al-Islam bandung, biaya untuk fototherapy adam sehari sebesar 2 juta rupiah. Saya tidak mampu membayarnya, dan BPJS Adam belum tentu bisa mencovernya waktu itu. Sempat cari info di rumah sakit lain yang lebih terjangkau harganya. Tapi tetap berat bagi saya.
Pelayanan incubator gratis ini tidak berbelit belit, sangat mudah dan memuaskan. Saya hanya sms dan konsultasi mengenai kondisi bayi saya lalu pihak incubator gratis mengkonfirmasi ada tidaknya keteresediian incubator untuk dipinjam dan memberikan alamat untuk mengambil incubatornya.

Alat incubator gratis ini di titipkan di rumah bersalin cuma cuma milik Sinergi Foundation. Lokasi nya terletak di Kopo Katapang.

foto saya bersama pihak rumah bersalin cuma cuma

Lalu saya datang bersama persyaratan penyewaan. Apa itu? KTP. Ya hanya dengan menitipkan KTP. Saya bisa membawa pulang untuk meminjam incubator ini. Ternyata masih banyak orang baik di dunia ini.
Pihak rumah bersalin cuma cuma ini memberikan tutorial singkat bagaimana menyinari anak di dalam incubator. Yang utama adalah penutup mata, jangan berikan sedikit pun celah  terbuka. pihak mereka memberikan penutup mata buatan, berupa kertas karbon hitam  yang di bungkus kain kasa lalu ditempelkan menggunakan plester.

Adam saat Fototheraphy

Lalu bayi dimasukan tentunya dengan keadaan telanjang, di dalam incubator tanpa selimut. Adam tidak akan kedinginan karena ada penghangat berupa lampu yang otomats mengatur suhu. Sampai tahap itu sih tidak sulit. Yang sulit adalah ketika Adam baru saja dimasukan ke incubator, dan dia menangis keras,  sedangkan memang harusnya didiamkan saja, nanti juga akan tenang sebenarnya.
Itu yang membuat lambatnya proses penurunan bilirubin Adam, karena terlalu banyak keluar dan masuk incubator. Setelah 2 hari pertama, kami membawa adam ke rumah sakit Hermina Arcamanik untuk cek berapa bilirubinenya. Ternyata belum ada penurunan significant. Dari awalnya 13, hanya baru 12,5.
Pihak dokter kurang menyetujui saya melakukan fototherapy ini sendirian di rumah. Tak saya hiraukan. Karena beliau hanya  merekomendasikan penggunaan incubator rumah sakit tanpa bertanya mengenai alat apa yang saya gunakan.
Tiga hari kemudian saya bawa lagi kerumah sakit dengan dokter yang berbeda.
“Coba cari dokter yang gelarnya dah banyak biar  enggak begitu kejar setoran” saya bilang pada istri.

Kami bertemu dokter Tamara. Dokter tamara lalu mengecek Adam, walau belum ada hasil bilirubinnya.  Dan saya berkonsultasi dengan dr Tamara mengenai alat yang saya punya di rumah ini dan beliau menyambut baik.
“Bagus tuh alatnya, coba liat fotonya,” dr Tamara menanyakan sambil melihat foto alat yang ada di rumah.

Setelah bertemu dokter Tamara, kita lebih optimis. karena memang ternyata alat ini sebenarnya sesuai standard rumah sakit kok. Memang kebetulan aja bilirubine nya Adam saja bandel.
“Iya ini udah cukup kok, sama aja sama yang kita punya. Hangat dan ada fototheraphynya, Coba, Sus, ajarin cara membalikan bayinya biar dijemur di bolak balik” kata dokter Tamara.
Besoknya, hasil bilirubine Adam keluar.  Alhamdulillah hasilnya 10. sudah cukup untuk fototherapy. Bisa dilanjut untuk dijemur di matahari.
Huff… Dam Dam.. kamu kecil kecil baru lahir ada aja yang bikin khawatir Ayah Bunda..
Tapi kayaknya kekhawatiran kita sebagai orang tua enggak akan beres-beres, sih, ya. Saya aja sampai sekarang masih aja suka bikin khawatir Ibu saya.
#ayahsayangadam