21st Century Digital Parent

Menjadi orangtua  di era digital kayaknyanya judul-judul buku atau artikel yang harus saya dan istri cari dan baca sekarang ini. Jangankan untuk jadi orangtua, untuk jadi manusia di era ini saja sepertinya harus baca manual book dahulu.

Punya grup WA keluarga? Yang isinya ada orang tua kita yang notabene kurang melek teknologi dan kadang melahap mentah-mentah informasi yang di dapat dari grup kantor,  alumni sekolahnya lalu di sebar ulang di group keluarga? Info itu bahkan ada  yang kurang pantas atau kadang malah hanya info hoax.

Kadang sulit mengedukasi orang tua kita yang terlambat mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Apa saya sendiri sudah cakap dan benar menggunakan teknologi yang ada?  Kurang  tahu juga sih, parameternya juga apa. Ah sudah gk usah bahas saya dan orang tua.

Yang jadi keresahan saya sekarang adalah bagaimana mengenalkan dan mengajari  teknologi pada anak saya, Adam.

Usia Adam sekarang 1 tahun 4 bulan, di antara beberapa teman dan kerabat saya yang punya anak se-angkatan Adam, semuanya sudah mengenalkan anaknya pada ‘youtube’ sejak mungkin usia 6 bulan-an.

Memang pasti ada plus minus tentunya dari memberikan tontonan dari youtube. Pro kontra dari penggunaan youtube untuk anak sejak dini juga pasti ada. Yang jelas dari mereka yang memberikan tontonan Youtube bagi anaknya saya dapatkan bahwa anaknya lebih anteng dengan Youtube. “Cranky dikit, dikasi youtube juga ampuh langsung anteng” ucap salah satu teman saya. Saya memilih untuk tidak memberikan tayangan apapun berupa audio visual dari layar handphone, laptop, atau bahkan TV pada Adam, padahal di rumah sudah ada smart tv yang akan sangat memudahkan mengakses youtube dengan layar yang besar.

Salah satu informasi yang saya dan istri dapatkan untuk dijadikan pegangan adalah sebuah penjelasan dari Dr. Artha Latief, SpM disebuah artikel Tanya jawab di website meetdoctor mengenai American Academy of Pediatrics (Akademi Kedokteran Anak Amerika) yang MELARANG MENONTON TV pada bayi dibawah usia 2 tahun.

Hal ini disebabkan karena otak pada anak usia dibawah 2 tahun masih berusaha belajar dunia 3 Dimensi, sementara gambar yang tampil di TV adalah gambar 2 Dimensi dan tentunya gambar yang tampil di TV akan selalu berubah-ubah.

Perlu waktu lebih dari dua tahun perkembangan otak bayi agar dapat mulai memahami gambar-gambar yang tampil di TV. Sebelum usia 2 tahun mereka sama sekali tidak memahami apa yang tampil di TV dan otak mereka kebingungan dalam memproses input visual yang masuk.

Betul mereka tampak sangat tertarik terhadap gambar yang tampil pada alat digital ataupun pada layar TV, tapi LEBIH TERHADAP WARNA-WARNI DAN PERGERAKAN GAMBAR SAJA.

Karena hal tersebut, anak-anak hingga usia 3 tahun belajar lebih optimal dari dunia nyata sekeliling mereka (dunia diluar tampilan layar TV dan layar alat-alat digital lainnya).

Mungkin setelah nanti usia Adam 4 tahun, barulah Adam diberikan entertain dan edukasi berupa audio visual yang berbasis layar. Tapi saya usahakan agar adam juga tidak kaget melihat teknologi yang sudah ada. Di kamar ibu saya tv sering menyala dan Adam kadang melihatnya, malah kadang menayangkan kartun. Tapi Adam tidak begitu tertarik, karena mungkin tidak menarik bagi nya dan tidak dibiasakan menonton dengan kondisi televisi tengah rumah yang selalu mati. Jadi ketika kita berkunjung kerumah kerabat yang sedang ada tayangan di televisinya adam tidak menjadi ‘kampungan’ karena telah mengetahui akan teknologi tersebut. Lalu apa yang menarik bagi adam? sampai detik ini yang adam paling suka sih main air dari keran dan naik motor bersama saya. Itu yang Adam gemari akhir akhir ini.

Salah satu teman saya pernah bercerita di story-instagramnya tentang bagaimana perjuangan kesulitan anaknya yang berusia 2,5 tahun belajar diet smartphone & youtube hingga akhirnya bisa melepaskannya. Dari dia juga saya kepikiran untuk tidak dulu memberikan hiburan berupa youtube terlalu dini untuk adam.

10  tahun kedepan seperti apa perkembangan teknologi nya? pasti lebih pesat. Ini tugas saya dan istri agar minimal tetap melek pada perkembangannya.

Pernah ada kejadian unik antara Adam dan teknologi, minggu kemarin saya membeli sebuah handphone baru model lama. Sebuah blackberry gemini yang saya pergunakan untuk mengetik tulisan karena sekarang lagi belajar nulis, dan menurut saya mengetik di bb gemini sangat nyaman.   Ketika adam melihat hp bb gemini saya dia memencet tombol-tombolnya lalu menempelkannya ke telinga seolah sedang menelepon. Padahal referensi bentuk dari telepon yang dia punya hanya smartphone berbentuk  layar lcd, dan telepon rumah wireless  berbentuk  candy bar, tapi blackberry gemini sendiri berbentuk qwerty, kenapa Adam tau kegunaan blackberry tersebut untuk menelepon? Entahlah mungkin anak2 jaman Adam kini memiliki insting mengenal teknologi nya lebih peka dibanding orang-orang sebelumnya. Yang jelas nanti setelah Adam berusia 4 tahun dan mulai mengenal teknologi yang ada pasti akan saya fasilitasi semaksimal yang saya mampu.

Dengan Pesatnya Perkembangan teknologi informasi yang ada kini, kita harus benar benar peka dengan tiap pemuktahiran yang ada. Setidaknya walapun teknologinya kita tidak miliki, minimal informasinya tetap kita ketahui. Saya juga tak tahu nanti di zaman Adam sudah sekolah TK akan seperti apa kemampuan dasar teknologi yang sudah harus Adam kuasai. Saya pernah baca bahwa ada salah satu bahasa yang nanti dimasa depan akan banyak diperlukan, kemampuan bahasa baru tersebut sangat berguna layaknya kita memiliki kemampuan bahasa tambahan.
Bahasa itu adalah bahasa pemrograman yaitu suatu standar untuk memerintahkan komputer. Bahasa pemograman ini merupakan suatu himpunan dari aturan sintaks dan semantik yang dipakai untuk mendefinisikan suatu program komputer. Bahasa pemrograman ini berguna untuk coding. Coding adalah suatu proses menulis, menguji dan memperbaiki, dan memelihara kode yang akan membangun suatu program komputer. Untuk informasi singkat tentang Coding Saya temukan video ini di website milik DUMET School

Mungkin nantinya jika Adam mulai tertarik komputer apalagi Coding dan pemrograman, ya mungkin cara yang mudah untuk memfasilitasinya adalah dengan memasukannya ke tempat kursus  pemrograman komputer seperti milik Dumet School, karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki sih. Tapi kalo Adam mau minta ajarin berkendara motor, itu sih sama Ayah aja.